Saturday 31 October 2015

Rangkuman Modul Psikologi Pendidikan Universitas Terbuka



 Teori Pendidikan dari beberapa ahli
a)        Ivan Petrovich Pavlov (1849 - 1936)
Pada mulanya pemikiran dan eksperimen Pavlov hanya terbatas di Rusia, tetapi kemudian menyebar juga ke Amerika, terutama bagi para ahli yang menolak digunakannya metode introspeksi, karena dengan introspeksi tidak dapat diperoleh data yang objektif. Pavlov ingin merintis keobjektive pshycology, karena itu metode introspeksi tidak digunakan. Ia mendasarkan eksperimennya atas dasar observed fact, pada keadaan yang benar-benar dapat di observasinya. Eksperimen Pavlov ini banyak pengaruhnya pada masalah belajar, misalnya pada pembentukan kebiasaan (habit formation).
Pavlov dalam eksperimennya menggunakan anjing sebagai uji coba. Anjing dioperasi sedemikian rupa, sehingga apabila air liur keluar dapat dilihat dan dapat ditampung dalam tempat yang telah disediakan. Menurut Pavlov apabila anjing lapar dan melihat makanan, kemudian mengeluarkan air liur, ini merupakan response yang alami, respons yang refleksif, yang disebut sebagai respon yang tidak berkondisi (unconditioned respons) yang disingkat UCR.
Apabila anjing mendengar bunyi bel dan kemudian menggerakkan telinganya, ini juga merupakan respon yang alami. Bel sebagai stimulus yang tidak berkondisi (Unconditioned stimulus) atau UCG dan gerak telinga sebagai UCR. Persoalan yang dipikirkan Pavlov adalah apakah dapat dibentuk pada anjing suatu perilaku atau respons apabila anjing mendengar bunyi bel lalu mengeluarkan air liur. Hal inilah yang kemudian diteliti secara eksperimental oleh Pavlov. Ternyata perilaku tersebut dapat dibentuk dengan cara memberikan stimulus yang terkondisi (conditioned respons) atau CS bersamaan atau sebelum diberikan stimulus berkondisi (conditioned respons) atau CR, yaitu keluarnya air liur sekalipun stimulus yang wajar, yaitu makanan tidak diberikan.
Ternyata setelah diadakan eksperimen hasilnya menunjukan bahwa hal tersebut dapat diketahui, yaitu dengan cara diberikan stimulus berkondisi (CS) berulang-ulang tanpa disertai makanan sebagai reinfrocement, sehingga pada akhirnya terbentuklah pada anjing bahwa anjing kembali tidak lagi mengeluarkan air liur apabila mendengar bunyi bel. Ini berarti anjing kembali ke keadaan semula, yaitu pada keadaan sebelum terjadinya respons berkondisi. Keadaan ini disebut sebagai experimental extinction. Tetapi apabila dalam keadaan seperti itu kemudian sekali waktu diberikan lagi makanan sebagai reinforcement, maka akan terjadi lagi respons berkondisi secara cepat dan ini yang disebut spontaneous recovery.
Kelemahan dari teori conditioning ini adalah, teori ini mengangap bahwa belajar itu hanyalah ternajdi secara otomatis, keaktifan dan penentuan pribadi dalam tidak dihiraukannya. Peranan latihan dan kebiasaan terlalu ditonjolkan. Sedangkan kita tidak tahu bahwa dalam bertindak dan berbuat sesuatu manusia tidak semata-mata tergantung kepada pengaruh dari luar. Pribadi sendiri memegang peranan dalam memilih dan menentukan perbuatan dan reaksi apa yang dilakukannya. Teori conditioning ini memang tepat kalau kita hubungkan dengan kehidupan binatang. Pada teori ini hanya dapat kita terima dalam hal-hal belajar tertentu. Umpamanya dalam belajar yang mengenai skill (kecekatan-kecekatan) tertentu dan mengenai pembiasaan pada anak-anak.
  
b)       Edward Lee Thorndike (1874 – 1949)
Thorndike dilahirkan di williamsburg pada tahun 1874. Ia mempelajari bukunya james mengenai “Principles of Psycohology“ yang sangat menarik baginya dan kemudian Thorndike menjadi teman baik James. Thorndike merupakan tokoh yang mengadakan penelitian mengenai animal psychology. Penelitiannya mengenai hewan di wujudkan dalam disertasi doktornya yang berjudul “Animal Intelligence: An Exprimental Study Of The Associative Processes In Animals“, yang di terbitkan pada tahun 1911 dengan judul “animal intelligence“ (hergenhahn, 1976). Dalam buku ini tercemin ide – ide fundamental thorndike termasuk pula teorinya tentang belajar.
Menurut Thorndike dasar dari belajar adalah trial and error atau secara asli di sebut sebagai learning by selection and connecting. Thorndike mengajukan pengertian tersebut dari eksperimennya dengan puzzel box. Dalam teori trial and error ini, berlaku bagi semua organisme dan apabila organisme ini di hadapkan dengan keadaan atau situasi yang baru maka secara otomatis organisme ini memberikan respon atau tundakan – tindakan yang bersifat coba – coba atau bisa juga berdasarkan naluri karena pada dasarnya disetiap stimulus itu pasti di temukan respon. Apabila dalam tindakan – tindakan yang di lakukan itu menghasilkan perbuatan atau tundakan yang mengesankan maka tindakan ini akan disimpan dalam benak seseorang. Jadi dalam teori ini pengulangan – pengulangan respon atau tindakan dalam menanggapi stimulus atau situasi baru itu sangat penting sehingga seseorang atau organisme mampu menemukan tindakan yang dapat dilakukan secara terus menerus agar lebih tajam dan tidak terjadi kemunduran dalam tindakan atau respon terhadap stimulus.
Dalam membuktikan teori Thorndike melakukan percobaan terhadap seekor kucing yang lapar dan kucing itu di taruh dalam kandang, yang mana dalam kandang tersebut terdapat celah – celah yang kecil sehingga seekor kucing itu bisa melihat makanan yang berada di luar kandang dan kandang itu bisa terbuka dengan sendiri apabila seekor kucing tadi menyentuh  salah satu jeruji yang terdapat dalam kandang tersebut. Mula – mula kucing tersebut mengitari kandang beberapa kali sampai ia menemukan jeruju yang bisa membuka pintu kandang kucing ini melakukan respon atau tindakan dengan cara coba – coba, ia tidak mengetahui jalan keluar dari kandang tersebut.kucing tadi melakukan respon yang sebanyak – banyaknya sehingga menemukan tindakan yang  cocok dalam situasi baru atau stimulus yang ada.
Thorndike melakukan percobaan ini berkali – kali pada kucing yang sama dan situasi yang sama pula. Memang pertama kali kucing tersebut, dalam menemukan jalan keluar membutuhkan waktu yang lama dan pastinya mengitari kandang dengan jumlah yang banyak pula, akan tetapi karena sifat dari setiap organisme itu selalu memegang tindakan yang cocok dalam menghadapi situasi atau stimulus yang ada, maka kucing tadi dalam menemukan jeruji yang menyebabkan kucing tadi bisa keluar dari kandang ia pegang tindakan ini sehingga kucing tadi dalam keluar untuk mendapatkan makanan tidak lagi perlu mengitari kandang karena tindakan ini dirasa tidak cocok, akan tetapi kucing tadi langsung memegang jeruji yang menyebabkannya bisa keluar untuk makan.
Dari eksperimennya, Thorndike mengajukan adanya tiga macam hukum yang sering dikenal dengan hukum primer dalam hal belajar, yaitu:
a.       Hukum kesiapan (law of readiness) artinya bahwa kesiapan untuk belajar itu timbul, karena penyesuaian diri dengan alam sekitarnya yang akan memberi keberhasilan. Apabila tidak memenuhi kesiapan dalam belajar maka tidak akan memberi keberhasilan
b.      Hukum latihan (law of exercise) artinya pengaruh – pengaruh dari latihan. Maksudnya, bahwa suatu hubungan menjadi kuat apabila sering berlatih dan hubungan menjadi lemah atau hilang, apabila kurang atau tidak ada latihan.
c.       Hukum efek (law of efffect) artinya bahwa kelakuan yang dilakukan dengan pengalaman yang memuaskancenderung ingin diulangi lagi. Sedangkan yang tidak mendatangkan keberhasilan cenderung dilupakan

Kelebihan teori Thorndike:
Dengan sering melakukan pengulangan dalam memecahkan suatu permasalahan, anak didik akan memiliki sebuah pengalaman yang berharga. Selain itu dengan adanya sistem pemberian hadiah, akan memebuat anak didik menjadi lebih memiliki kemauan dalam memecahkan permasalahan yang dihadapinya.

Kelemahan teori Thorndike:
a.       Terlalu memandang manusia sebagai mekanismus dan otomatisme belaka disamakan dengan hewan. Meskipun banyak tingkah laku manusia yang otomatis, tetapi tidak selalu bahwa tingkah laku manusia itu dapat dipengaruhi secara trial and error. Trial and error tidak berlaku mutlak bagi manusia.
b.      Memandang belajar hanya merupakan asosiasi belaka antara stimulusda respons. Sehingga yang dipentingkan dalam belajar ialah memperkuat asosiasi tersebut dengan latihan – latihan, atau ulangan – ulangan yang terus menerus.
c.       Karen balajar berlangsung secara mekanistis, maka pengertian tidak dipandangnya sebagai unsur yang pokok dalam belajar.
d.      Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran diraskan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi, dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respons sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.

c)        Burrhus Frederick Skinner (1904 – 1990)
Burrhus frederick skinner adalah seorang tokoh dalam kondisioning operan seperti halnya thorndike, sedangkan pavlov adalah tokoh dalam kondisioning klasik. Bukunya berjudul “ The Behavior of Organism “ yang di terbitkan dalam tahun 1938 memberikan dasar dari sistemmya. Bukunya yang berjudul “ Science and Human Behavior “ yang terbit tahun 1953 merupakan buku tesnya untuk behavior psycology. Skinner membedakan perilaku atas :
a)        Perilaku yang alami (innate behavior) yang kemudian di sebut juga sebagai respondentbehavior (hergenhahn, 1976), yaitu perilaku yang  ditimbulkan oleh stimulus yang jelas, perilaku yang bersifat refleksif.
b)        Perilaku operan (operant behavior), yaitu perilaku yang di timbulkan oleh stimulus yang tidak di ketahui, tetapi semata – mata ditimbulkan oleh organisme itu sendiri. Perilaku operan belum tentu di dahului oleh stimulas dari luar.

Berkaitan dengan adanya perilaku yang responden dan perilaku yang operan, maka ada kondisionong respondeng dan kondisioning operan. Menurut skinner ada dua prisip umum yang berkaitan dengan kondisioning operan yaitu (1) setia respons yang di ikuti rewards ini bekerja sebagai reinforcement stimuli – akan cenderung di ulangi dan (2) rewards atau reinforcement stimuli akan meningkatkan kecepatan ( rate ) terjadinya respons. Dengan kata lain dapat di kemukakan bahwa reward merupakan sesuatu yang meningkat propabilitas timbulnya respons. Dalam kondisionong operan organisme harus membuat respons sedemikian rupa untuk memperoleh reinforcement yang merupakan reinforcement stimuli. Disini letak perbedaan pokok antara kondisioning klasik dengan kondisioning operan. Pada kondisioning klasik organisme tidak perlu membuat respons atau aktivitas untuk memperoleh reward atau reinforcement.
Menurut Skinner, reinforcement itu ada (a) reinforcement positif dan (b) reinforcement negatif. reinforcement positif yaitu reinforcement apabila di peroleh akan meningkatkan propabilitas respons sedangkan reinforcement negatif yaitu suatu apabila di tiadakan dalam suatu situasi akan meningkatkan propabilitas respons. Dengan demikian dapat di kemukakan bahwa reinforcement negatif itu sebenernya hukuman atau punishment. Yang di maksud hukuman disini yaitu (1) menyingkirkan reinforcement positif dan (2) mengenakan reinforcement negatif.
Perilaku ini merupakan rangkaian perilaku – perilaku yang lebih kecil atau yang lebih sederhana. Karena ini untuk membentuk perilaku baru, perlu perilaku tersebut dianalisis menjadi perilaku – perilaku yang lebih kecil dan juga dianalisis mengenai reward yang akan di gunakannya yang ada akhirnya reward hanya akan di berikan pada perilaku yang ingin di bentuk. Apabila sebagian perilaku sudah terbentuk, maka pemberian reward kemudian bergeser pada perilaku berikutnya demikian seterusnya, hingga terbentuk perilaku yang ingin di bentuk.

Kelebihan Teori Skinner :
Pada teori ini, pendidik di arahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. Hal ini di tunjukkan dengan di hilangkannya sistem hukuman. Hal itu di dukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga di mungknkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.

Kekurangan Teori Skinner :
Beberapa kelemahan dari teori ini berdasarkan analisa teknologi ( Margaret E. B. G 1994 ) adalah bahwa (i) teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap, analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis, (ii) keseringan respons sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian. Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. Hal tersebut akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat.
Penerapan Behaviorisme Pembelajaran
a)        Modifikasi Perilaku
Modifikasi atau perubahan perilaku atau behavior modification sering disebut dengan istilah b-mood adalah teknik terapi yang dikembangkan berdasarkan hasil penelitian Skinner “operanconditioning”. Teknik ini dilakukan dengan cara mentgatur penerapan reinforcement untuk menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan. Metode ini tlah digunakan dalam mengatasi berbagai masalah psikologi seperti masalah ketergantungan pada obat, neuroses, pemalu, autisme, bahkan schizopreniaatau perilaku yang kurang tepat yang diperlihatkan anak dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh sebab itu modifikasi perilaku lebih efektif digunakan untuk anak-anak. Modifikasi perilaku dilakukan berdasarkan perencanaan yang dikembangkan secara sistematisdan terdiri dari beberapa langkah yaitu:
1.      Menetapkan tujuan perilaku
Langkah pertama yang perlu dilakukan dalam merubah perilaku adalah menteapkan perilaku “apa yan perlu dirubah dan hal ini menjadi dasar dalam penetapan tujuan perubahan perilaku”. Berkaitan dengan hal tersebut maka perlu juga dianalisis hal-hal yang berkaitan dengan apakah peilaku tersebut berkaitan dengan usaha penguatan perilaku atau pengurangan perilaku, selanjutnya perlu dipertimbangkan persyaratan-persyaratan yang diperlukan agar perilaku – perilaku yang diinginkan dapat terbentuk.
2.      Menetapkan reinforcement yang sesuai
Penetapan reinforcement yang sesuai dilakukan berdasarkan karakteristik individu yang akan menjalankan perubahan perilaku, tujuan perubahan perilaku dan kondisi-kondisi aktual yang terjadi pada waktu program perubahan perialku dilaksanakan.
3.      Menetapkan prosedur perubahan perilaku
Tujuan perubahan perilaku merupakan faktoryang menentukan prosedur perubahan perilaku. Secara umum prosedur perubahan perilaku terdiri dari shaping, chaining dan maintening behavior,  melalui  reinforcement schedule.
4.      Melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan dan mencatat hasil penerapan prosedur. Dalam fase ini observasi terhadap perubahan atau kemajuan dalam mencapai perilaku yang diinginkan
5.      Melakukan evaluasi dan revisi
Melalui pencatatan terhadap perubahan perilaku maka akan dapat dilakukan evaluasi apakah perilaku yang diinginkan telah tercapai atau apakah perlu dilakukan beberapa revisi dalam prosedur hingga perilaku yang diharapkan tercapai.
Modifikasi perilaku perlu dilakukan oleh para pendidik dalam mengatur ketertiban kelas dalam suatu proses pembelajaran. Behaviorisme tidak hanya diterapkan didalam psikologi yang dikenal degan behavioral psychology, akan tetapi diterapkan juga dalam dunia pendidikan dan pembelajaran. Penerapan behaviorisme didalam pembelajaran, dimulai dengan melakukan analisis kebutuhan siswa, kemudian dilanjutkan dengan menetapkan tujuan pendidikan atau pembelajaran. Dalam pendekatan behaviorisme hal ini disebut behavioral outcome. Penerapan behaviorisme did alam dunia pendidikan dapat tercermin dari perumusan tujuan pembelajaran, penerapan mesin belajar, atau teaching machine yang dapat juga disebut dengan sitilah pembelajaran terprogram atau programed instruction, pembelajaran individual atau individualized instructional, pembelajaran dengan bantuan komputer atau computerized assited learning dan pendekatan sistem
Tujuan pembelajaran menurut behaviorisme adalah behavioral learning outcome dinyatakan secara spesifik, seperti:
1.      A – Audience adalah siswa
2.      B – Behavior perilaku atau kompetisi yang perlu ditampilkan setelah proses belaajr dilakukan, seperti “menjawab dengan benar”
3.      C – condition setelah menyelesaikan unit pelajaran yang dievaluasi diakhir proses pembelajaran.
4.      D – degree yaitu pencapaian hasil belaajr, misalnya 90%.

b)       Pembelajaran Terprogram
Setelah sukses dengan operant conditioning, B.F. Skinner yang dibantu oleh asistennya J.G. Holland pada tahun 1920 – 1930 menetapkan hasil penelitian dalam pembelajaran yang terkenal dengan programmed instruction atau pembelajaran terprogram.
Pembelajaran terprogram merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang diprogram secara khusus dengan tujuan agar peserta didik dapat membelajarkan dirinya sendiri. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan pembelajaran terprogram adalah :
1.      Menetapkan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai peserta didik setelah proses pembelajaran dilaksanakan
2.      Merumuskan kompetensi yang perlu dikuasai peserta didik dalam rangka pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
3.      Memecah kompetensi yang perlu dikuasai menjadi kompetensi – kompetensi terbatas dan spesifik
4.      Mengembangkan materi pembelajaran yang sesuai dengan pencapaian tujuan yang akan dicapai
5.      Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan tingkat kemampuannya.
6.      Memberikan umpan balik secepatnya agar peserta didik  mengetahui apakah respon yang diberikannya adalah benar atau salah.

Kritik terhadap behaviorisme :
1.      Behaviorisme menggunakan pendekatan satu arah dan tidak memperhatikan faktor-faktor internal seperti kecerdasan dan suasana hati dan perasaan manusia
2.      Manusia dan hewan mampu melakukan penyesuaian perilaku untuk merespon lingkungannya walaupun pola perilaku sebelumnya telah terbentuk.

Kekuatan dan kelemahan behaviorisme:
1.      Behaviorisme melakukan penelitiannya terhadap perilaku berdasarkan yang tampak atauobserved behaviors. Oleh karena itu mempermudah proses penelitian karena perilaku dapat dikuantifikasi.
2.      Teknik terapi perilakuyang efektif secara intensif menggunakan intevensi berbasis behaviorisme. Pendekatan ini sangat bermanfaat dalam merubah perilaku yang mal adaptif  menjadi perilaku adaptif  dan dapat diterapkanpada anak dan orang dewasa.
3.      Behaviorisme sangat dikenal dengan pandangannya bahwa pembelajar adalah individu yang pasif yang bertugas hanya memberi respon kepada stimulus yang diberikan. Pembentukan perilaku sangat ditentukan oleh penerapan reinforcement  atau punishment . oleh sebab itu belajar didefinisikan sebagai perubahan perilaku
4.      Behaviorist mengeneralisir hasil eksperimen terhadap hewan kepada manusia. Oleh sebab itu, generalisasi tersebut kurang berhasil apabila diterapkan kepada orang dewasa.

No comments:

Post a Comment