Tuesday 3 November 2015

Universitas Terbuka: Nilai Dan Sikap, Keterampilan Intelektual/Kemampuan Analisis Personal Dan Sosial Dalam Kurikulum IPS SD 2006 Kelas 5 Dan 6



Esensi Kurikulum IPS SD 2006 Kelas 5 dan 6

NILAI DAN SIKAP DALAM KURIKULUM IPS SD 2006 DI KELAS 5 DAN 6
Pada modul terdahulu telah dikemukakan betapa erat hubungannya antara nilai dan sikap, bahkan ditegaskan bahwa “nilai itu mnyebabkan sikap”.
1.        Nilai
Gross (1978:25) menje;askan, bahwa satu hal yang sangat oenting yang ahru dipertimbangkan dalam pendidikan IPS adalah segala tingkatan dan jenjang pendidikan adalaha pendidikan nilai atau pendidikan moral.
Pandangan – pandangan tentang nilai dan pendidikan nilai diatas perlu kita pertimbangkan dalam aktivitas belajar siswa dalam kaitannya dengan pendidikan IPS. Para siswa diharapkan mampu memilih mana nilai positif mana nilai negatif, bahkan di kemudian hari mereka dapat berkontribusi untuk perbaikan kehidupan masyarakat itu sendiri sesuai dengan tatanan sistem nilai budaya bangsanya.
Bagaimanakah langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam mengembangkan kemampuan siswa untuk mengklasifikasi nilai-nilai itu? Tentu banyak alternatif yang dapat dilakukan. Salah satu diantaranya adalah apa yang dikemukakan oleh Ocha dan Jhonson (dalam gross 1978:215). Menurut pendapatnya, belajar nilai itu dapat dilakukan baik di dalam maupun di luar kelas. Cara yang efektif adalah melalui “action learning model”, dengan menekankan pengajaran skill agar dapat berpartisipasi di dalam masyarakat. Yang penting bahwa siswa yang masih sangat remaja didorong untuk dapat berperilaku sesuai dengan nilai yang dihayatinya. Proses belajar model ini berjalan sirkuler, tidak linear, artinya seseorag dapat saja menempati tahapan tertentu, tetapi di dalam lingkaran penahapan yang berulang.
Bagaimana tumbuhnya kesadaran nilai itu?
Untuk menjawab pertanyaan itu marilah kita ikuti penjelasan dari Kohlberg secara singkat sebagai berikut (Joice dan Weil, 1972:125-127):
1)   Tingkat prekonvensional
a.       Tahap 1 : tahap kepatuhan bukan atas dasar hormat kepada peratuarn normal yang mendasarinya melainkan karena takut hukuman
b.      Tahap 2 : pada tahap ini penalaran anak beranggapan bahwa tindakan yang benar adalah tindakan yang memenuhi kebutuhan sendiri, yaitu “jika anda baik kepadaku, maka aku juga baik kepadamu”. 
2)   Tingkat konvensional
a.       Tahap 3 : pada tahap ini penalaran anak beranggapan bahwa tingkah laku yang baik adalah yang menyenangkan atau membantu orang-orang lain dan mendapat persetujuan dari mereka agar menjadi “anak yang manis”
b.      Tahap 4: tahap orientasi hukum dan ketertiban. Bertindak moral berdasarkan  rasa hormat kepada pemegang otoritas (pemerintah, atasan, penguasa) serta peraturan-peraturan yang sudah pasti, dan berusaha memelihara ketertiban masyarakat.
3)   Tingkat pasca konvensional, otonomi berprinsip.
a.       Tahap 5 : tahap orientasi kontak sosial yang berdasarkan hukum. Telah tumbuh pandangan rasional, legalistik serta menghargai kemaslahatan untuk kepentingan umum.
b.      Tahap 6 : tahap orientasi etika universal. Berbuat baik karena mengikuti suara hati nurani sesuai dengan prinsip – prinsip etika yang dilihatnya. Berdasarkan pertimbangan logis, universaltas dan konsistensi.

Guru tentu harus mengambil posisi, tapi bukan posisi dibelakang layar. Guru yang bersikap seperti itu berdiri dibelakang layar adalah tidak “fair”. Tidak terbuka. Ia mengambil strategi menghindar dari persoalan jika masalah nilai muncul ke permukaan, (Banks:409) menyebutkan dengan Evasion Strategy.
Disamping sikap menghindar tersebut tadi ada juga sikap guru yang cenderung senang melakukan indotrinasi nilai kepada siswanya. Guru seperti ini, mengajarkan nilai kepada siswanya dengan anggapan bahwa yang dianggap benar adalah apa yang disepakati orang dewasa.
Kedua sikap diatas kiranya perlu mendapat perbaikan siswa memiliki kepedulian dengan pengembangan nilai. Untuk itu tidak boleh menghindar atau bertindak otoriter.
Menurut Notonagoro (Darmodiharjo, 1979 : 55:56) nilai terbagi atas 3 bagian sebagai berikut:
a.       Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur jasmani manusia
b.      Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan
c.       Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia
Nilai kerohanian ini dapat dibedakan atas 4 macam sebagai berikut
a)      Nilai kebenaran/kenyataan yang bersumber pada unsur akal manusia (rasio, budi, cipta)
b)      Nilai keindahan yang bersumber pada unsur-unsur rasa manusia, estetis.
c)      Nilai kebaikan atau nilai moral, yang bersumber pada unsur kehendak/kemauan manusia (karsa, etik)
d)     Nilai religius, yang merupakan nilai Ketuhanan, kerohanian yang tertinggi dan mutlak. Nilai religius ini bersumber pada keyakinan manusia.

Ada beberapa teori tentang pembentukan sikap yang perlu diketahui guru.
Pertama, dikenal dengan nama  Theoretic of learning,  teori ini berkenaan dengan proses conditioning, dimana terdapat pertalian antara Stimulus (S) dengan respon (R). Teori ini dirintis oleh Thorndike, Skinner dan Crowder. Menurut teori ini proses belajar sangat penting artinya dalam pembentukan sikap. Dikatakannya, sikap positif terhadap objek akan tumbuh jika dalam interaksi belajar itu diikuti oleh suatu “event” yang menyenangkan (reward). Sebaliknya jika event  itu tidak menyenangkan diperkirakan akan timbul sikap negatif terhadap objek yang dihadapinya. Response yang penting dalam menghadapi objek ialah responses evaluative. Secara sederhana proses terbentuknya sikap adalah sebagai berikut:
a.       Mula-mula diperoleh belief (kepercayaan) tentang objek, artinya diperoleh hubungan antara objek dengan atribut-atributnya lainnya.
b.      Berkenaan dengan atribut tumbuhlah response evaluatif mengenai objek
c.       Melalui conditioning, response evaluative ini dikaitkan dengan objek
d.      Response evaluative ini berakumulasi maka jika kemudian objek itu muncul lagi tumbuhlah sikap terhadap objek secara menyeluruh. Untuk itu memperkokoh sikap yang positif besar sekali peranan reinforcement.

Kedua, disebut Modeling Theoretic teori ini dikembangkan oleh Bandura. Sikap tumbuh dengan cara dipelajari langsung dengan mengamati kegiatan perilaku orang yang dijadikan model atau contoh.
Ketiga, disebut Balance Of Theoretic (teori keseimbangan), dikembangkan oleh Heider. Menurut teori ini perolehan informasi yang mampu memperluas wawasan dan mendukung persoalan pada proporsi yang tepat sangat penting dalam rangka mencapai keseimbangan.
Dari ketiga teori diatas dapat disimpulkan bahwa sikap dapat dibentuk dengan 2 cara utama sebagai berikut:
a.       Melalui proses belajar (mendapatkan informasi yang benar)
b.      Melalui keteladanan dari orang-orang yang dijadikan contoh
Mari kita ungkapkan nilai dan sikap yang terdapat pada metri pelajaran IPS berdasarkan kurikulum 2006. Berikut ini kita ambil beberapa contohnya.

Kelas 5
Topik 1. Keragaman penampakan alam dan buatan serta pembagian wilayah waktu indonesia
Nilai yang dapat kita petik dari bahan pengajaran ini, antara lain berikut ini:
1.        Nilai Material
2.        Nilai Vital
3.        Nilai Kerohanian

Topik 2. Perjuangan Para Tooh Pejuang Pada Masa Penjajahan Belanda Dan Jepang
Dengan mengambil contoh kepada topik sebelumnya, kita tidak dapat mengungkapkan nilai yang terkandung dalam bahan pengajaran topic 2 ini, antara lain berikut ini:
1.      Nilai material
2.      Nilai vital
3.      Nilai kerohanian

Kelas 6
Topik 1. Perkembangan Sistem Administrasi Wilayah Indonesia/Pemerintahan
Nilai yang dapat kita-kita ungkapkan dalam proses belajar mengajar antara lain berikut ini:
1.      Nilai Material
2.      Nilai Vital
3.      Nilai Kerohanian
Topik 2. Penampakan Alam Dan Keadaan Sosial Negara-Negara Tetangga
Nilai-nilai yang dapat kita kemukakan, antara lain berikut ini:
1.      Nilai Material
2.      Nilai Vial
3.      Nilai Kerohanian
Sikap yang dapat kita kembangkan, misalnya berikut ini:
a.       Sikap keagamaan sesuai dengan nilai diatas
b.      Tanggap terhadap berbagai perkembangan yang terjadi disekitarnya
c.       Rasional dalam menerima informasi dari berbagai pihak
d.      Sikap “ingin mengetahui” persoalan – persoalan yang terjadi disekitarnya, hal ini penting untuk membiasakans emangat belajar mandiri
e.       Dan seterusnya 

Itulah sekedar contoh bagaimana kaitannya nilai dan sikap dalam kurikulum IPS SD 2006.
Tentu saja proses pendidikan nilai, terintegrasi di dalam penyajian materi secara kognitif. Selanjutnya marilah kita beranjak kepada materi berikut.

2.        Keterampilan intelektual/kemampuan analisis, personal, dan sosial dalam kurikulumIPS SD 2006 kelas 5 dan 6
Pada modul 2 telah dikemukakan bahwa aspek keterampilan/kemampuan analisis dalam pengajaran IPS itu hanya dicapai jika guru mengintegrasikan aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar. Artinya guru harus memprogram kegiatan belajarnya dengan pendekatan CBSA penuh (menggunakan berbagai metode mengajar).
Pengalaman berharga yang diperoleh siswa itu akan memberikan manfaat, misalnya berikut ini.
a.       Siswa dapat memperdalam pemahaman dan pengertian materi pelajaran juga mampu mengembangkan sikap dan keterampilannya.
b.      Mendorong siswa berpikir kritis dan realistis
c.       Pengalaman menghadapkan siswa kepada keadaan yang sebenarnya.
d.      Pengalaman itu akan berakumulasi agar diperoleh pengalaman yang lebih mendalam lagi.
Dalam hal ini guru harus mengupayakan agar
a.       Pengalaman itu sesuai dengan tingkat kemampuan siswa
b.      Pengalaman itu beragam, tidak menjemukan

Seperti telah kita bahas dalam modul terdahulu bahwa keterampilan itu terdiri atas 3 bagian berikut ini
a.       Keterampilan intelektual/kemampuan analisis, keterampilan berpikir
b.      Keterampilan personal
c.       Keterampilan sosial
1.      Kebutuhan akan pengembangan keterampilan berkelompok
Masyarakat manusia pada dasarnya adalah masyarakat demokratis. Mereka harus dapat berperan dengan sebaik-baiknya dalam masyarakat, tahu bagaimana acara menggunakan pengaruhnya dalam masyarakat.
Warga negara yang efektif adalah warga negara yang dapat menggunakan pengaruhnya dalam masalah umum, dengan meyakinkan kelompok tentang pentingnyamencapai tujuan.
2.      Peningkatan keterampilan kelompok (sosial)
Siswa memerlukan pengembangan keterampilan kelompokuntuk menjadi warga negara yang efektif di masyarakat, belajar bagaimana menjadi pemimpin yang sukses, pengikut yang efektif, bagaimana melakukan kontribusi secara produktif dalam kelompok, mampu menjadi pendengar yang baik, menyatakan pikirannya sehingga dipahami masyarkat.
Kelompok efektif mampu melihat suatu perkara dari kerangka dan acuan yang berbeda. Mampu berkomunikasi dan berkompromi.ada diantara siswa yang memiliki kemampuan tinggi, ada yang rendah atau sedang.

Sunday 1 November 2015

Modul 1: Pertumbuhan dan Perkembangan Anak



PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK


I.         HAKIKAT PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Dengan mempelajari perkembangan peserta didik kita akan memperoleh beberapa keuntungan.
-       Pertama      : Kita akan mempunyai ekspektasi yang nyata tentang anak dan remaja.
-       Kedua         : Pengetahuan tentang psikologi perkembangan anak membantu kita untuk
  merespon sebagaimana mestinya pada perilaku tertentu dari seorang anak.
-       Ketiga         : Pengetahuan  tentang perkembangan anak akan membantu mengenali
  berbagai penyimpangan dari perkembangan yang normal.
-       Keempat     : Dengan mempelajari perkembangan anak akan membantu memahami diri
  sendiri.

A.      Pengertian Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan yang terjadi pada setiap manusia terutama berkaitan dengan fisiknya.  Vasta ( 1992 ) mengemukakan bahwa panjang bayi menjadi hampir dua kali pada usia 4 tahun.
Anak laki – laki dan perempuan pada usia 10 tahun hampir sama tingginya. Pada usia antara 10 dan 12 tahun anak perempuan tumbuh dengan pesat, sedangkan pada anak laki-laki hal itu terjadi antara umur 12 dan 14 tahun.
Vasta selanjutnya mengatakan bahwa tinggi badan berlangsung sampai sekitar umur 15 atau 16 tahun pada anak perempuan, dan pada anak laki – laki sampai umur 17 atau 18 tahun. Organ – organ tubuh mencapai tingkat kematangan pada waktu dan kecepatan yang berbeda pula.
Anak – anak perempuan mencapai masa puber lebih awal daripada anak laki – laki. Anak laki – laki bertambah tinggi, ototnya menguat dan lebar bahunya bertambah pula.
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan kematangan seperti : nutrisi, olah raga, penyakit, dan kesehatan individu mempunyai peran juga.

B.       Pengertian perkembangan
Para ahli psikolog telah mengkaji bahwa perkembangan manusia itu kompleks. Psikolog adalah kajian ilmiah tentang perilaku terutama perilaku manusia. Menurut Santrock dan Yussen (1992) perkembangan adalah pola gerakan atau perubahan yang di mulai pada saat terjadinya pembuahan dan berlangsung terus selama siklus kehidupan.
Tujuan penelitian perkembangan ialah :
-            Pertama : menjelaskan perilaku anak dalam perkembangannya.
-            Kedua : bertujuan untuk mengidentifikasi sebab – sebab dan proses – proses yang menghasilkan perubahan pada perilaku dari suatu kondisi kepada kondisi lainnya.

Isu – isu yang di telaah tentang perkembangan ada tiga :
-            Nature dan Nuture yaitu yang mempertanyakan tentang penyebab atau sumber terjadinya perubahan dalam perkembangan itu, dibawa sejak lahir atau karena pengaruh lingkungan.
-            Continuity dan discontinuity yaitu isu yang mempertanyakan apakah pola perkembangan itu menetap ?
Apakah karakteristik terdahulu dapat memperkirakan karakteristik berikutnya.
-            Normative dan Idiographic, yaitu yang mempertanyakan dan membicarakan bahwa perkembangan itu di dasari oleh proses internal biologis yang terjadi secara umum dan bahwa perkembangan berlangsung dari satu langkah ke langkah berikutnya ( normatif ), atau berpusat pada seorang individu anak yang berbeda dari anak lainnya ( Vasta, 1992 ).

C.      Proses Perkembangan
Berikut ini adalah beberapa hal yang mendasari proses pertumbuhan dan perkembangan peserta didik.
1.        Masa perkembangan yang cepat
Pada anak terjadi pertumbuhan yang cepat di bandingkan dengan pertumbuhan yang di alami spesies lainnya. Perubahan yang terjadi menyangkut interaksi sosial, perolehan dan penggunaan bahasa, kemampuan mengingat, serta berbagai fungsi lainnya.

2.        Pengaruh yang lama
Peristiwa-peristiwa dan pengalaman-pengalaman pada tahun-tahun awal memberikan pengaruh yang lama dan kuat terhadap perkembangan individu pada masa – masa berikutnya.
Kebanyakan ahli teori psikologi berpendapat apa yang terjadi  hari ini sangat di tentukan oleh masa perkembangan masa kanak – kanak.



3.        Proses yang kompleks
Manusia mampu berkomunikasi dari cara yang sederhana sampai yang kompleks karena bahasa yang di pergunakan mengikuti aturan – aturan tertentu. Dengan mengkaji kalimat pertama tersebut para peneliti bahasa bertambah wawasannya tentang mekanisme cara berbicara anak yang sederhana sampai dewasa yang lebih kompleks.

4.        Nilai yang di terapkan
Penelitian tentang tahap awal perkembangan sosial yang secara relevan berkaitan dengan orang tua dan peranannya dalam kehidupan sehari – hari, percobaan tentang strategi pemecahan masalah pada anak akan memberikan informasi berharga mengenai metode belajar yang baik.

5.        Masalah yang menarik
Anak merupakan makhluk yang mengagumkan dan penuh teka – teki serta menarik untuk di kaji. Sejak awal tahun 1980–an semakin di akuinya pengaruh keturunan (genetik) terhadap perbedaan individu.
Perilaku yang kompleks yang menarik minat para ahli psikologi (misalnya : temperamen, kecerdasan, dan kepribadian).
Kecerdasan dan tempramen merupakan aspek – aspek yang paling banyak di telaah  yang dalam perkembangannya di pengaruhi oleh faktor keturunan (genetik).
a.    Kecerdasan
Arthur Jensen (1969) mengemukakan pendapatnya bahwa kecerdasan itu di wariskan (di turunkan). Ada yang membandingkan tentang anak kembar yang berasal dari satu telur (Indentical Tuins) dan yang dari dua telur (Fratunal Tuins).
-       Identical tuins memiliki genetik yang identik, karena itu kecerdasan (IQ) seharusnya sama.
-       Fratunal tuins pada anak sekandung genetiknya tidak sama karena itu IQ nya pun tidak sama.
Kritik dari ahli lainya ialah bahwa tes IQ hanya menyentuh sebagian kecil saja dari kecerdasan.
Kritik kedua menyatakan bahwa kebanyakan penelitian tentang keturunan dan lingkungan tidak mencakup lingkungan – lingkungan yang berbeda secara radikal.
Menurut Jensen pengaruh keturunan terhadap kecerdasan sebesar 80 persen. Kecerdasan memang di pengaruhi oleh keturunan tetapi kebanyakan ahli perkembangan menyatakan bahwa pengaruh itu berkisar sekitar 50 persen.

b.    Temperamen
Temperamen adalah gaya perilaku karakteristik individu dalam merespon. Menurut Thomas & Chess (1991) ada tiga tipe dasar temperamen yaitu mudah, sulit dan lambat untuk dibangkitkan .
1)        Anak yang mudah umumnya mempunyai suasana hati yang positif
2)        Anak yang sulit cenderung untuk bereaksi secara negatif
3)        Anak yang lambat untuk dibangitkan mempunyai tingkat kegiatan yang rendah, kadang-kadang negatif.

Beberapa ahli perkembangan, termasuk Chess dan Thomas,berpendapat bahwa temperamen adalah karakteristik bayi yang baru lahir dan akan dibentuk dan dimodifikasi oleh pengalaman – pengalaman anak pada masa – masa berikutnya.

c.    Interkasi keturunan, lingkungan dan perkembangan
Keturunan dan lingkungan berjalan bersama atau bekerjasama dan menghasilkan individu dengan kecerdasan, temperamen tinggi dan bert badan, minat yang khas.

D. FASE-FASE PERKEMBANGAN
Sebagian manusia, berkembang melalui tahap-tahap yang umum. Proses – proses biologis meliputi perubahan-perubahan fisik individu.
Proses kognitif meliputi perubahan-perubahan yang terjadi pada individu mengenai pemikiran, kecerdasan dan bahasa. Proses – proses sosial meliputi perubahan yang terjadi dalam hubungan individu dengan orang lain, perubahan – perubahan dalam emosi dan perubahan – perubahan dalam kepribadian.
Santrok dan Yassen membaginya atas lima fase yaitu :
1.    Fase Pranatal (saat dalam kandungan) adalah waktu yang terletak antara masa pembuahan dan masa kelahiran.
2.    Fase Bayi adalah saat perkembangan yang berlangsung sejak lahir sampai 18 atau 24 bulan
3.    Fase Kanak-Kanak awal adalah fase perkembangan yang berlangsung sejak akhir masa bayi sampai 5 atau 6 tahun, kadang-kadang disebut masa pra sekolah
4.    Fase Kanak-Kanak Tengah dan akhir adalah fase perkembangan yang berlangsung sejak kira-kira umur 6 sampai 11 tahun sama dengan masa usia sekolah dasar.
5.    Fase Remaja adalah masa perkembangan yang merupakan transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa awal, yang dimulai kira-kira umur 10 sampai 12 tahun dan berkahir kira-kira umur 18 sampai 22 tahun.

Para ahli perkembangan tidak lagi berpendapat bahwa perubahan-perubahan akan berakhir pada fase ini. Mereka mengatakan bahwa perkembangan merupakan proses yang terjadi sepanjang hayat.
Keterjalinan proses – proses biologis, kognitif dan sosial menghasilkan fase-fase perkembangan.
Erikson melahirkan teori perkembangan afektif yang terdiri atas delapan tahap
1.    Trust vs Mistrust (0;0 – 1;0)
Bayi yang kebutuhannya terpenuhi waktu ia bangun, keresahannya segera terhapus, selalu dibuai dan diperlakukan sebaik-baiknya, diajak main dan bicara, akan tumbuh perasaannya bahwa dunia ini tempat yang aman dengan orang-orang disekitarnya yang selalu bersedia menolong dan dapat dijadikan tempat ia menggantungkan nasibnya
2.    Autonomy vs Shame (1;0 – 3;0)
Pada tahap ini Erikson melihat munculnya autonomy. Dimensi autonomy ini timbulnya karena adanya kemampuan motoris dan mental anak. Pada masa ini anak bukan hanya berjalan tetapi juga memanjat, menutup, membuka, menjatuhkan, menarik dan mendorong, memegang dan melepaskan.
3.    Initiatives vs Guilt/misiatif (3;0-5;0)
Pada masa ini anak sudah menguasai badan dan geraknya. Ia dapat mengendarai sepeda roda tiga, dapat lari, memukul atau memotong.
Anak yang diberi kebebasan dan kesempatan untuk berinisiatif pada permainan motoris serta mendapat jawaban yang memadai dari pertanyaan – pertanyaan yang diajukannya (intelectual initiatives), maka inisiatifnya akan berkembang dengan pesat.
4.    Industry vs Inferiority/produktivitas (6;0 – 11;0)
Anak mulai mampu berpikir deduktif, bermain dan belajar menurut peraturan yang ada. Dimensi psikososial yang muncul pada masa ini adalah sense of industry sense of inferiority.
Anak dengan IQ 80 atau 90 akan mempunyai pengalaman sekolah yang kurang memuaskan walaupun sifat industry dipupuk dan dikembangkan di rumah.
5.    Identitiy vs Role Confusion (12;0 – 18;0)
Pada saat ini anak sudah menuju kematangan fisik dan mental. Ia mempunyai perasaan-perasaan dan keinginan-keinginan baru sebagai akibat perubahan tubuhnya.
6.    Intimacy vs isolation/keakraban (19;0 – 25;0)
Yang dimaksud dengan intimacy oleh Erikson selain hubungan suami isteri adalah juga kemampuan untuk berbagi rasa dan memprhatikan orang lain.
Pada tahap inipun keberhasilan tidak bergantung secara langsung kepada orang tua.
7.    Generavity vs Self Absorption (25;0 – 45;0)
Generativity berarti bahwa orang mulai memikirkan orang lain diluar keluarganya sendiri, memikirkan generasi yang akan datang, serta hakikat masyarakat dan dunia tempat generasi itu hidup.
8.    Integrity vs Despair (45;0 - ........)
Pada tahap ini usaha-usaha yang pokok pada individu sudah mendekati kelengkapan, dan merupakan masa-masa untuk menikmati pergaulan dengan cucu-cucu. Sedangkan kebalikannya adalah despair yaitu keadaan dimana individu yang menengok ke belakang dan menimjau kembali kehidupannya masa lalu sebagai rangkaian kegagalan dan kehilangan arah.
Peaget mengemukakan proses perkembangan anak sampai mampu berpikir seperti orang dewasa melalui empat taap perkembangan yakni :
a.       Tahap sensori motor (0;0 – 2;0)
b.      Tahap pra operasional (2;0 – 7;0)
c.       Tahap operasioanal konkret (7;0 – 11;0)
d.      Tahap operasional formal (11;0 – 15;0)
Tugas perkembangan di bagi dalam beberapa tahap yaitu:
1.      Tugas perkembangan pada masa kanak-kanak
2.      Tugas perkembangan masa anak
3.      Tugas perkembangan masa remaja
4.      Tugas perkembangan masa dewasa awal
5.      Tugas – tugas perkembangan masa setengah baya
6.      Tugas – tugas perkembangan orang tua
Ada dua alasan mengapa tugas – tugas perkembangan ini penting bagi pendidik
-          Pertama, membantu memperjelas tujuan yang akan dicapai sekolah
-          Kedua, konsep ini dapat dipergunakan sebagai pedoman waktu untuk melaksanakan usaha-usaha pendidikan.

II.      HUKUM – HUKUM PERKEMBANGAN
A. Hukum Perkembangan
Carol Gestwicki (1995) mengemukakan beberapa prinsip dasar perkembangan
1.      Hukum konvergensi
2.      Hukum tempo perkembangan
3.      Hukum masa peka
4.      Hukum rekapitulasi
5.      Perkembangan maju berkelanjutan merupakan kesatuan yang aling berhubungan dengan semua aspek – aspek (fisik, kognitif, emosional dan sosial)
6.      Setiap individu berkembang sesuai dengan waktunya masing-masing
7.      Dalam perkembangan terdapat urutan yang dapat diramalkan
Penelitian Sutterly dan Donnelly mengenai pertumbuhan menghasilkan sepuluh prinsip dasar pertumbuhan yaitu:
1.      Pertumbuhan adalah kompleks dan semua aspek-aspeknya berhubungan sangat erat
2.      Pertumbuhan mencakup hal-hal kuantitatif dan kaulitatif
3.      Pertumbuhan adalah proses yang berkesinambungan dan terjadi secara teratur
4.      Pada pertumbuha dan perkembangan terdapat keteraturan arah
5.      Tempo pertumbuhan tidak sama.
6.      Aspek-aspek yang berada dari pertumbuhan berkembang pada waktu dan kecepatan yang berbeda
7.      Kecepatan dan pola pertumbuhan dapat dimodifikasi oleh faktor-faktor intrinsik dan ekstrinsik
8.      Pada pertumbuhan dan pekembangan terdapat masa-masa kritris
9.      Pada suatu organisme ada kecenderungan untuk mencapai potensi perkembangan yang optimal
10.  Setiap individu tumbuh dengan caranya sendiri yang unik

III.        Pengaruh Berbagai Faktor Dalam Perkembangan Manusia
A. Teori Kematangan
-          Menurut Gessel           : Keterampilan berjalan, berbicara, dan belajar membaca terjadi sebagai akibat perkembangan biologis anak
-          Deskripsi Gessel          : Tentang tahap kematangan anak dan kesiapan untuk belajar pada usia kronologis menginformasikan kepada pengembang kurikulum tentang bagaimana mendesain kurikulum bagi kelas – kelas yang berbeda.
B. Teori Perkembangan Kognitif/Konstruktivisme
1.             Jean Piaget
Karya jean Piaget telah memperluas pemahaman kita tentang bagaimana kognisi-kognisi berkembang. Hasil kejian Piaget (1963) tentang kognisi menunjukkan bahwa anak-anak mempunyai tahap pemajaman yang berbeda pada usia yan berbeda pula.
2.             Lev. V. Gotsky
Karya Lev. V. Gotsky seorang ahli Psikologi Rusia dikenal dengan V. Gotskian Apporach, dia termasuk seorang conskuentivist, seperti juga Piaget, V. Gotsky meyakini pula bahwa anak – anak membentuk, membangun atau mengkonstruk pengetahuan.
Menurut V. Gotsky interaksi sosial memegang peran penting dalam belajar.
3.             Teori Behaviorisme
Teori ini berakar dari karya Ivan Parlov seorang ahlipsikologi Rusia yang menetapkan bahwa binatang dapat mempelajari respon fisiologi kepada lingkungan melalui rangsangan (stimuli).
Menurut para ahli behaviorisme baru, faktor kritis dalam pertumbuhan dan perkembangan adalah lingkungan dan kesempatan untuk belajar.
4.             Teori Belajar Sosial
Para ahli teori belajar seperti Albert Bandura (1963) menyatakan bahwa banyak perilaku yang tidak dipelajari melalui pembentukan tetapi berkembang melalui reaksi dan interpretasi individu terhadadp situasi.